

Ada tiga macam pendekatan tentang studi kepemimpinan. Pertama, studi kepemimpinan yang mencoba mengadakan identifikasi berbagai sifat para pemimpin, yakni dalam usaha menjawab pertanyaan How one becomes a leader. Kedua, studi kepemimpinan yang menekankan kepada berbagai perilaku pemimpin, yaitu untuk memberikan jawaban atau pertanyaan How leader behave. Dan yang ketiga, studi kepemimpinan yang disebut pendekatan kontingensi, yaitu suatu studi kepemimpinan yang hakikatnya berusaha untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan What makes the leader effective. (Wahjosumidjo, 1987: 12)
Frielder sebagaimana dikutip Mintorogo (1996: 156) menyatakan bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya ditentukan oleh kepribadiannya. Seseorang menjadi pemimpin karena keadaan (happenstance) yang bersangkutan berada pada tempat dan situasi yang tepat atau karena berbagai faktor seperti umur, pendidikan, pengalaman, serta latar belakang keluarga dan kekayaan. Bagaimana pemimpin berperilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka (kekuatan diri pemimpin) sebagai contoh, pemimpin yang yakin bahwa kebutuhan perorangan harus dinomorduakan daripada kebutuhan organisasi, mungkin akan mengambil peran yang sangat direktif (peran perintah) dalam kegiatan para bawahannya. Sedangkan kepemimpinan di pondok pesantren lebih menekankan kepada proses bimbingan, pengarahan dan kasih sayang.
Kyai dalam kepemimpinannya diarahkan untuk membimbing para santri atau masyarakat sekitarnya, sehingga pendekatan yang dipergunakan biasanya melalui pendekatan kepemimpinan yang situasional. Hal ini bisa nampak dalam interaksi antara kyai dan santri dalam mendidik, mengajarkan kitab, memberikan nasihat, dan tempat mencurahkan hati, sehingga seorang pemimpin pesantren (kyai) kadangkala ia berperan sebagai orang tua dan sekaligus sebagai guru yang bisa bertemu, berinteraksi dan berkomunikasi dalam batasan waktu yang panjang (sehari semalam). Kondisi seperti diatas menggambarkan bahwa kepemimpinan kyai adalah penuh tanggung jawab, penuh perhatian, penuh daya tarik, dan sangat berpengaruh. Dengan demikian perilaku pemimpin (kyai) dapat diamati, dicontoh dan dimaknai oleh para pengikutnya (santri) secara langsung dalam interaksi keseharian. Kyai sebagai pemimpin melakukan kepemimpinannya secara situasional, yaitu pada satu keadaan kyai melakukan tindakan mendidik atau mengajar, pada situasi lain ia sebagai orang tua dan sekaligus sebagai teman yang berinteraksi dan berkomunikasi.
Berkaitan dengan orientasi seorang pemimpin dalam sistem kepemimpinan pesantren dapat dikategorikan pada tiga sikap; yaitu (1) kepemimpinan otoritatif yang dicirikan sebagai pola kepemimpinan tradisional dimana semua keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan harus dilaksanakan sebagaimana yang diperintahkannya; (2) kepemimpinan konsultatif yang dicirikan pemimpin memberikan perintah umum yang kemudian secara rinci dibahas dan dibicarakan dengan bawahan, (3) kepemimpinan partisipatif yang dicirikan setiap tujuan dan aktivitas serta keputusan dibicarakan bersama dalam kelompok dan dilaksanakan bersama oleh kelompok, inilah yang disebut sistem ideal yang lazim disebut sebagai sikap kepemimpinan modeRN
4 comments
Ya untuk semua yang sudah memberi komentar ucap ku terima kasih
sartija
13111630
MI
sama-sama pak.
Assalamu'alikum Wr Wb
Nama: Vina Nushrotul jannah
NPM: 111090037
Kelas: AN 3B
saya baru tahu ternyata pada kiyai juga ada teori kepemimpinannya..
saya ingin bertanya,
- apakah ada cara memilih kiyai yang memang benar-benar kiyai yang harus kita patuhi? jika ada bagaimana kriteria kiyai tersebut?
- adakah ayat yang membahas tentang aparat negara seperti anggota dewan, DPR, danlain-lain?
Terima kasih :)
Wassalamu'alikum Wr WB
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Nama : Dika Hermawan
NPM : 116090065
Kelas : AN 3B
Sangat membantu artikel ini, karena dapat memotivasi semua orang agar bisa menjadi pemimpin yang lebih baik dan bisa memajukan bangsa dan negara